Skripsi
Pancawara dan Saptawara dalam tinjauan teologi Islam : Sebuah telaah filosofis
Masyarakat Jawa memiliki budaya atau tradisi hitung-hitungan hari sebelum melaksanakan sebuah aktivitas. Biasanya, itu digunakan untuk mencari jodoh, menentukan hari pernikahan, membangun rumah, meramal watak, nasib, dan lain seterusnya. Hal tersebut sejak dulu hingga sekarang menyisakan dilema tak berkesudahan: bolehkan praktik mempercayai hitung-hitungan hari dalam Islam? Ada kalangan yang melarangnya dan ada pula yang memperbolehkannya. Permasalahan lainnya adalah hitung-hitungan hari (kemudian kami bahasakan pancawara [hari yang lima] dan saptawara [hari yang tujuh]) selalu mendapat stigma sebagai perhitungan kuno yang tak relevan dan relatif ketinggalan zaman. Salah satunya, oleh karena ia tidak didasarkan pada metode yang ilmiah. Maka, pertama yang hendak disajikan di sini adalah membongkar, mendekonstruksi, anggapan yang demikian tentang pancawara dan saptawara dengan menghadirkan fakta serta analisis sisi lain dari pancawara dan saptawara yang belum banyak diketahui. Kedua, menelaah secara komperhensif apakah pancawara dan saptawara dalam konteks ramalan bertentangan dengan aspek-aspek teologi Islam yang mencakup esensi, eksistensi, dan kehendak Tuhan. Dengan demikian, selain mendapatkan pengetahun tentang rahasia nilai di balik pancawara dan saptawara, kita juga akan dapat me-review sifat relasi antara pancawara dan saptawara dengan teologi Islam; kontradiktif, netral, ataukah mutualistik.
U-2014/AF/003 | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain